Maraknya kasus keracunan makanan belakangan ini terutama kasus sangat baru terjadi akibat konsumsi Latiao. Latiao adalah camilan asal Tiongkok yang terbuat dari tepung terigu dan bumbu pedas. Camilan ini biasanya berbentuk strip panjang dan kenyal, dengan rasa yang sangat pedas dan gurih. Latio masuk ke Indonesia dengan cara import, karena Latiao sempat viral sebagai camilan beberapa tahun kebelakangan ini, sayangnya Latiao yang di import ke Indonesia disinyalir mengandung bakteri berbahaya yang menyebabkan keracunan. Kasus keracunan makanan ini terjadi di beberapa daerah yaitu Lampung, Wonosobo, Sukabumi, Tangerang Selatan, Pamekasan, Riau dan Bandung Barat. Melalui Penjelasan Publik Nomor HM.01.1.2.11.24.92 tanggal 1 November tentang Kejadian Luar Biasa Keracunan Pangan yang Diduga Disebabkan oleh Pangan Olahan ”Latiao”, BPOM secara resmi telah mengumumkan penarikan produk Latiao asal Tiongkok dari peredaran guna melindungi masyarakat Indonesia.
Hasil uji laboratorium yang dilakukan oleh BPOM menunjukkan bahwa produk Latiao yang menyebabkan kejadian luar biasa keracunan pangan (KLB KP) tercemar bakteri Bacillus cereus. Bakteri ini merupakan salah satu bakteri gram positif anaerobik fakultatif yang menghasilkan racun. Bacillus cereus banyak ditemukan di lingkungan dan dapat mencemari makanan. Bakteri ini berkembang biak dengan cepat di suhu ruang dengan jumlah racun yang dihasilkan dalam jumlah besar. Mengkonsumsi makanan yang telah tercemar bakteri ini akan menyebabkan penyakit gastrointestinal dan keracunan dengan gejala mual, muntah, pusing, dan diare.
Situs website United States Centers for Disease Control and Prevention menyatakan bahwa terdapat wabah keracunan terkait Bacillus yang dikonfirmasi dari tahun 1998 hingga 2015 yang melibatakan 7.385 penyakit. Dalam jangka waktu ini, terdapat 75 penyakit dan tiga kematian akibat penyakit terkait Bacillus yang telah dikonfirmasi. Situs web tersebut menyatakan bahwa secara keseluruhan terdapat 19.119 wabah dan 373.531 penyakit. Ini mengacu pada 14,681 rawat inap dan 337 kematian selama jangka waktu ini. Statistik ini mengacu pada semua penyakit yang berhubungan dengan Bacillus, dan bukan hanya penyakit yang berhubungan dengan Bacillus cereus.
“Bad Bug Book” dari United States Food and Drug Agency, menguraikan lebih lanjut mengenai hal ini dan menyatakan bahwa diperkirakan ada 63.400 episode penyakit akibat Bacillus cereus setiap tahunnya di Amerika Serikat. Dari tahun 2005 hingga 2007, terdapat 13 wabah yang dikonfirmasi dan 37,6 dugaan wabah yang melibatkan lebih dari 1000 orang. Setiap orang rentan terhadap infeksi Bacillus cereus, namun kematian akibat penyakit ini jarang terjadi. Enterotoksin emetik telah dikaitkan dengan beberapa kasus gagal hati dan kematian pada orang sehat. Dosis infektif atau jumlah organisme yang paling sering dikaitkan dengan penyakit manusia adalah 105 hingga 108 organisme/gram, namun patogenisitas muncul dari toksin yang terbentuk, bukan bakteri itu sendiri.
Untuk memastikan produk pangan yang beredar di pasaran bebas dari bakteri Bacillus cereus dan mikroba lainnya, Shimadzu telah memberikan solusi untuk identifikasi bakteri dan mikrorganisme menggunakan Shimadzu IDPlus dalam application note yang berjudul “Identification of Malicious Food-borne Pathogens from Fingerprint Samples using IDPlus Performance”. Dalam application notes tersebut pengujian bakteri Bacillus cereus menggunakan sistem MALDI-TOF yang dilengkapi dengan database SARAMIS untuk identifikasinya.
Pada application note yang diterbitkan oleh Shimadzu sampel yang digunakan untuk adalah sidik jari orang yang belum cuci tangan dan yang telah cuci tangan. Pada sidik jari orang yang belum cuci tangan ditemukan bakteri dan mikroorganisme sebagai berikut :
Hasil tersebut menunjukkan bahwa IDPlus dapat mengidentifikasi bakteri dan mengeluarkan hasil kemiripan bakteri yang dianalisis dengan library yang ada. Sehingga mempermudah kita untuk proses identifikasi yang lebih cepat. Selain itu, dengan IDPlus kita dapat memperoleh data MS spektrum dari mikroorganisme yang kita analisis, dengan begitu data yang kita peroleh dapat dibuktikan kebenarannya.
Dengan menggunakan AXIMA Performance, untuk identifikasi mikroba patogen dalam berbagai macam sampel, dapat dihasilkan data yang akurat dan cepat. AXIMA Performance merupakan MALDI TOF/TOF dari Shimadzu dengan spesifikasi yang cukup tinggi dikelasnya, didukung dengan SARAMIS untuk database mikroba yang selalu up to date, menjadikan MALDI TOF dari Shimadzu sebagai alat identifikasi mikroba dengan cara yang lebih modern dan dengan teknologi tinggi.
Untuk Brosur, Application Note Terkait, Info dan diskusi mohon hubungi : ams@ditekjaya.co.id
Referensi :
Biro Kerja Sama dan Hubungan Masyarakat BPOM RI. (2024). PENJELASAN PUBLIK Nomor HM.01.1.2.11.24.92 Tanggal 1 November 2024 Tentang Kejadian Luar Biasa Keracunan Pangan yang Diduga Disebabkan oleh Pangan Olahan Latiao. Retrieved, 03 November 2024, from https://www.pom.go.id/penjelasan-publik/penjelasan-publik-nomor-hm-01-1-2-11-24-92-tanggal-1-november-2024-tentang-kejadian-luar-biasa-keracunan-pangan-yang-diduga-disebabkan-oleh-pangan-olahan-latiao
Flanders Research Institute for Agriculture, Fisheries and Food. (2020). Impact of Bacillus cereus endospore evolution on food safety and stability. Retrieved, 04 November 2024, from https://ilvo.vlaanderen.be/en/research-projects/impact-of-bacillus-cereus-endospore-evolution-on-food-safety-and-stability
Kesuma, Djohan, dkk. (2015). Identification of Malicious Food-borne Pathogens from Fingerprint Samples using iDPlus Performance. Shimadzu Asia Pacific
National Library of Medicine. (2023). Bacillus cereus. Retrieved, 03 November 2024, from https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459121/