Akhir-akhir ini muncul video yang menggemparkan media sosial mengenai kandungan Bromat pada salah satu air minum dalam kemasan (AMDK). Video tersebut menyebutkan salah satu merek air mineral yang cukup terkenal memiliki kadar Bromat melebihi batas aman yang dipersyaratkan oleh World Health Organization (WHO), yaitu sebesar 58 ppb (batas aman : 10 ppb). Namun ternyata video itu merupakan hoaks, karena setelah melalui analisa kimia untuk AMDK tersebut di laboratorium uji, kadar Bromat yang terkandung pada AMDK tersebut hanya sebesar 0.4 ug/L. Walaupun berita itu merupakan hoaks, namun potensi bahaya Bromat terhadap kesehatan manusia harus diwaspadai, Oleh karena itu pada tulisan ini dan artikel selanjutnya akan membahas secara terperinci mengenai senyawa Bromat.
Bromat dengan rumus kimia BrO3– merupakan senyawa tidak berwarna, tidak memiliki rasa dan tidak ditemukan di alam. Menurut WHO, Bromat memiliki potensi buruk bagi kesehatan yaitu meningkatkan tekanan darah dan bersifat karsinogenik. selain itu, senyawa Bromat dapat merusak ginjal atau merusak system saraf pusat. Bromat merupakan senyawa yang terbentuk dari unsur Bromida (Br–) yang secara alami ada di dalam bahan baku air untuk AMDK, dimana senyawa ini terbentuk dalam proses ozonisasi untuk desinfeksi bahan baku Sehingga ketika unsur Bromida terpapar dengan Ozon (O3) akan menghasilkan senyawa bromat melalui mekanisme redoks seperti dibawah ini :
Dari reaksi diatas, bisa dilihat diatas bahwa Bromat pada AMDK adalah Hasil sampingan dari reaksi desinfeksi (desinfection by-products/DBP) dari bromida yang bereaksi pada tahapan ozonisasi. United States Environmental Protection Agency (EPA) sendiri tidak memiliki syarat untuk kadar Bromida pada air permukaan maupun air minum, karena memang menurut WHO Bromida tidak memiliki bahaya ketika dikonsumsi oleh manusia. Namun mengingat Bromida memiliki pengaruh terhadap terbentuknya Bromat, Oleh karena itu penting untuk melakukan pengujian Bromida pada bahan baku untuk memastikan bahwa bahan baku yang digunakan dalam pembuatan AMDK memiliki kadar Bromida yang rendah. .
Bahan baku AMDK merupakan air bersih yang didapatkan dari berbagai sumber air, terutama di Indonesia sumber air yang digunakan yaitu dari sumber air pegunungan, Data dari WHO menunjukkan kadar Bromida pada sumber air secara umum yaitu <0.5 mg/L. Tinggi atau rendahnya kadar Bromida ini sangat berpengaruh terhadap terbentuknya Bromat pada ozonisasi karena dari hasil penelitian diketahui bahwa ozonisasi dari air yang memiliki kadar Bromida 0.18-0.37 mg/L menghasilkan senyawa Bromat sebesar 5 ug/L.
Shimadzu sudah menyediakan solusi pengujian Bromida pada bahan baku AMDK maupun Bromat pada produk jadi AMDK. Pengujian Bromida pada bahan baku AMDK dapat menggunakan metoda EPA 300.1, Shimadzu telah mengembangkan metoda untuk pengujian anion menggunakan metod tersebut dengan alat Suppresed Ion Chromatography (IC). Dapat dilihat pada Application Note Shimadzu yang berjudul : “Analysis of inorganic anions in tap water according to EPA Method 300.1 using Ion Chromatography”, Pengembangan metoda analisa yang dilakukan oleh Shimadzu menghasilkan pemisahan dengan resolusi tinggi sesuai dengan kromatogram dibawah ini :
Metoda EPA 300.1 sangat mudah di aplikasikan terhadap sistem ion chromatography, karena fase gerak yang digunakan merupakan garam Natrium karbonat yang mudah untuk dibuat dan sifatnya stabil dalam waktu yang lama. Selain itu, metoda ini juga menggunakan suppresor untuk meningkatkan sensitivitas. Shimadzu memiliki Ion Chromatography dengan supressor jenis terbaru yaitu ICDS-40A (HIC-ESP), dimana suppresor ini merupakan jenis Electrodialytic Suppresor yang dapat melakukan regenerasi suppresor secara otomatis, sistem Electrodialytic Suppresor dapat dilihat pada gambar dibawah ini :
Dengan menggunakan Shimadzu HIC-ESP, Minimum Detection Limit (MDL) yang dapat dicapai untuk analisa Bromida pada bahan baku air AMDK yaitu pada 0,9 ug/L dengan rentang kurva kalibrasi yang dapat dicapai yaitu pada 0.04 – 4 mg/L seperti pada tabel dibawah ini :
Dari tabel diatas dapat dipastikan bahwa dengan menggunakan HIC-ESP dapat membantu untuk pengujian bahan baku AMDK untuk parameter Bromida, sehingga produsen AMDK dapat memilih bahan baku AMDK yang memiliki kadar Bromida yang serendah mungkin untuk mencegah terbentuknya Bromat pada saat proses ozonisasi.
HIC-ESP merupakan Anion Chromatography dari Shimadzu yang dilengkapi dengan ICDS-40 sebagai Electrodialytic Suppresor sehingga dapat menguji anion dengan konsentrasi yang sangat rendah hingga sub-ppt level. Dengan ukuran instrumen yang sangat compact, HIC-ESP hanya memerlukan ruang yang sangat minim.
Brosur HIC-ESP : Download disini
Application Note Terkait : Download disini
Info dan diskusi : ams@ditekjaya.co.id
Referensi :
Health Canada. (1998). Technical Document : Bromate. Guidelines for Canadian Drinking Water Quality.
Jahan, B. N., Lin, L., & Pagilla, K. (2021). Fate and reduction of bromate formed in advanced water treatment ozonation systems: A critical review. Chemosphere, 266, 128964. https://doi.org/10.1016/j.chemosphere.2020.128964
U.S. Environmental Protection Agency. (1997) EPA Method 300.1, Revision 1.0: Determination of Inorganic Anions in Drinking Water by Ion Chromatography
Good, K. D., & VanBriesen, J. M. (2018). Coal-Fired power plant wet flue gas desulfurization bromide discharges to U.S. watersheds and their contributions to drinking water sources. Environmental Science & Technology, 53(1), 213–223. https://doi.org/10.1021/acs.est.8b03036