![](https://img.freepik.com/premium-photo/young-pregnant-woman-with-glass-milk-standing-kitchen_264197-2397.jpg)
Beberapa waktu lalu marak diperbincangkan temuan pemanis buatan jenis sukralosa pada susu ibu hamil. Banyak yang mempertanyakan amankah mengonsumsi susu yang mengandung sukralosa pada ibu hamil? Sebelum itu, mari kita mengenal apa itu sukralosa. Sukralosa merupakan salah satu jenis pemanis buatan dengan nol kalori. Sukralosa terbuat dari gula dengan banyak tahapan reaksi kimia yang dilakukan untuk menggantikan 3 gugus hidroksi (OH) pada gula (sukrosa) dengan 3 atom klorin (Cl).
![](http://www.ditekjaya.co.id/wp-content/uploads/2025/02/image-1.png)
Sukralosa memiliki tingkat kemanisan 600 kali lebih manis dibandingkan dengan gula biasa. Sebagai pemanis buatan sukralosa banyak ditemukan pada berbagai jenis makanan, termasuk makanan yang dipanggang, permen karet, minuman, gelatin, dan makanan penutup berbahan dasar susu beku seperti gelato.
United States Food and Drug Administration (FDA) meregulasi sukralosa sebagai bahan tambahan pangan. FDA menyetujui sukralosa untuk digunakan dalam 15 kategori pangan pada tahun 1988 dan penggunaaannya sebagai pemanis makanan untuk keperluan umum pada tahun 1999 dalam kondisi penggunaan tertentu. FDA menetapkan batas konsumsi harian untuk sukralosa adalah sebesar 1.6 mg/kg berat badan per hari. Di Indonesia melalui Balai Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memberikan ijin penggunaan sukralosa sebagai bahan tambahan pangan (BTP) dengan batas maksimum 60 mg/kg yang dihitung terhadap produk siap konsumsi.
Meskipun FDA dan BPOM memperbolehkan penggunaan sukralosa sebagai bahan tambahan pangan. Namun, berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, ternyata konsumsi sukralosa selama masa kehamilan dapat meningkatkan resiko bayi lahir dengan berat badan berlebih dan menyebabkan perubahan sekresi insulin. Selain itu, konsumsi aspartam atau sukralosa selama kehamilan meningkatkan indeks massa tubuh (BMI) dan massa lemak anak-anak pada usia tiga tahun, sekaligus menghasilkan peningkatan berat badan dan adipositas pada tikus C57BL/6. Informasi ini mendukung peran asupan sukralosa selama kehamilan dalam meningkatkan resiko keturunan mengalami obesitas di awal kehidupan. Namun, penambahan berat badan yang berlebihan tidak terjadi begitu saja karena seringkali disertai dengan gangguan metabolisme dan peradangan sistemik tingkat rendah, yang secara aktif berkontribusi terhadap timbulnya penyakit tidak menular kronis seperti T2D.
Akibat faktor resiko yang ditimbulkan tersebut, Shimadzu telah mengembangkan metode untuk analisis sukralosa menggunakan HPLC dengan detektor Evaporative Light Scattering Detector (ELSD) dalam Report No. 372 yang berjudul “Analysis of Sweetener (Sucralose and Acesulfame K). Pada report tersebut menunjukkan bahwa analisis dilakukan menggunakan detektor ELSD dan kolom Shim-pack GIST-HP C18-AQ dengan dimensi 250 mm x 3.0 mm I.D., 3 µm dan didapatkan kromatogram sebagai berikut:
![](http://www.ditekjaya.co.id/wp-content/uploads/2025/02/image-2.png)
Detektor ELSD merupakan detektor universal, dikarenakan dapat mendeteksi senyawa yang tidak memiliki serapan UV seperti lipid, karbohidrat, surfaktan, dan polimer sintetik. Prinsip kerja detektor ELSD adalah dengan mendeteksi cahaya iradiasi yang disebarkan oleh komponen target yang tersisa setelah fase gerak menguap. Karena hal ini, ELSD dapat mendeteksi senyawa yang tidak memiliki serapan UV ataupun senyawa yang memiliki daerah serapan pada panjang gelombang pendek, yang mana pada daerah serapan tersebut sinyal senyawa target sangat dipengaruhi oleh serapan fase gerak maupun pelarut. selain itu jika dibandingkan dengan RID, ELSD jauh lebih sensitif dan bisa digunakan metoda gradien.
ELSD-LT III merupakan sistem HPLC dengan detektor ELSD terbaru dari Shimadzu. Tipe ini memiliki beberapa fitur di antaranya adalah rentang dinamis yang luas, sangat sensitif bahkan untuk senyawa semi volatil, desain yang unik untuk mencapai deteksi universal, dan desain compact dengan kegunaan yang luar biasa. Didukung dengan UHPLC Nexera LC-40, ELSD-LT III akan memudahkan pengujian sehari-hari dengan fitur Analytical Intelligence yang mendukung instrumen ini beroperasi secara otomatis.
![](http://www.ditekjaya.co.id/wp-content/uploads/2025/02/image-3.png)
Untuk Brosur, Application Note Terkait, Info dan diskusi mohon hubungi : ams@ditekjaya.co.id
Referensi:
Aguayo-Guerrero, Jose Alfredo, dkk. Newborns from Mothers Who Intensely Consumed Sucralose during Pregnancy Are Heavier and Exhibit Markers of Metabolic Alteration and Low-Grade Systemic Inflammation: A Cross-Sectional, Prospective Study. Biomedicines, 11(3). https://doi.org/10.3390/biomedicines11030650
Direktorat Standarisasi Pangan Olahan Badan POM. (n.d.). Ijin Khusus BTP. Retrieved, 28 Januari 2025, from https://standarpangan.pom.go.id/component/fabrik/details/47/626
Food Insight. (2021). Everything You Need to Know About Sucralose. Retrieved, 28 Januari 2025, from https://foodinsight.org/everything-you-need-to-know-about-sucralose/
Shimadzu. (2022). Analysis of Sweeteners (Sucralose and Acesulfame K). Shimadzu Asia Pacific
U.S. Food & Drug Administration. (2024). Aspartame and Other Sweeteners in Food. Retrieved, 28 Januari 2025, from https://www.fda.gov/food/food-additives-petitions/aspartame-and-other-sweeteners-food